Hidroponik ebb flow atau flood and drain adalah salah satu
sistem hidroponik yang memanfaatkan prinsip pasang surut pada teknik irigasinya. Sistem ini di Indonesia biasa disebut sistem hidroponik pasang
surut.
Disebut
sistem hidroponik pasang surut karena dalam cara kerja sistem ini memiliki 2
fase yaitu fase saat tanaman oleh larutan nutrisi hingga banjir (fase pasang)
dan kemudian fase penyurutan larutan nutrisi (fase surut).
Sistem ini termasuk sistem yang menggunakan sirkulasi. Artinya air dan nutrisi
yang diberikan ke tanaman digunakan secara berulang. Hanya saja sirkulasi tidak dilakukan
terus menerus dan menggunakan mekanisme pasang surut pada irigasinya.
Di luar negeri biasanya sistem ini cukup populer untuk
kalangan penghobi hidroponik dan untuk komersil karena pembuatannya mudah,
murah, dan fleksibel, serta penggunaan listrik yang rendah. Selain pembuatannya mudah, hasil dari
tanaman yang ditanam secara ebb flow cukup memuaskan. Biasanya sistem ini paling sering
digunakan dalam aquaponik.
Menurut saya, sistem ebb flow adalah sistem hidroponik yang
paling toleran diantara sistem hidroponik yang lain. Karena perawatan dan resiko pada
sistem ini tidak berat listrik seperti sistem NFT. Dan cukup aman jika kita tinggal berpergian.
Dengan
penangan perawatan yang tepat, hasil tanaman dari sistem ini dapat menjadi
rival dengan sistem unggulan seperti aeroponik atau nft.
Anda bisa membuat sistem ebb flow dari barang-barang yang
ada di sekitar Anda. Banyak
jenis tanaman yang dapat Anda tanam dengan sistem ebb flow, mulai dari sayuran
daun, sayuran buah, hingga umbi-umbian.
Tidak
ada batasan minimal luasan
tempat dan teknik pembuatan sistem hidroponik ini. Satu sistem untu satu tanaman maupun banyak
tanaman tidak masalah. Anda dapat mencurahkan kreativitas Anda pada
sistem ebb flow dengan imajinasi Anda selama memenuhi prinsip ebb flow. Maka dari itu sistem ini juga memiliki banyak variasi model sistem.
Sistem ini tidak terlalu tergantung dengan listrik. Penggunaan pompa dalam
sistem ini tidak dinyalakan terus menerus. Jadi cukup aman jika daerah Anda sering terjadi pemadaman
listrik.
Walau begitu, agak sulit untuk menjumpai contoh langsung sistem hidroponik
ebb flow di Indonesia karena jarang orang yang menggunakan sistem ini. Mungkin dikarenakan sistem
ini terlihat seperti sistem yang cukup kompleks bagi orang-orang. Setahu saya yang menerapkan
sistem ini secara komersial itu di Kebun Parung Farm - Bogor dan Kebun Wisata Pasirmukti
– Citereup.
Sistem
hidroponik ebb flow termasuk sistem dengan level kesulitan intermediet. Walaupun biaya pembuatannya
tidak semahal sistem NFT dan
bahan-bahan pembuatannya mudah didapat, sistem ini setidaknya memerlukan
pengalaman berkebun secara hidroponik dan perlu mengerti cara kerja fluida.
Sistem
ebb flow lebih cocok
untuk pekebun yang sudah punya pengalaman di hidroponik yang ingin meng-upgrade
sistem hidroponiknya. Sistem
ini juga dapat diupgrade dengan modifikasi dari sistem wick atau sistem rakit
apung.
Ringkasan
- Biaya : Intermediet
- Tingkat Kesulitan Pembuatan : Tinggi Moderat
- Tingkat Kesulitan Perawatan : Mudah
- Cocok untuk Tanaman : sayuran daun, sayuran buah, tanaman merambat, umbi-umbian, hias
- Kelebihan : fleksibel, hemat listrik, bisa ditanam apa saja, biaya tidak terlalu berat, banyak variasi, bisa menggunakan wadah apa saja
- Kekurangan : sistem ini berat karena full media, lebih boros air ketimbang NFT, sterilisasi sistem lebih sulit
- Toleransi Listik : sangat toleran terhadap kebutuhan listrik, perlu listrik tapi tidak terus-menerus
Prinsip Cara Kerja
1. Sirkulasi
Sistem ebb flow menerapkan sistem sirkulasi dalam pengairannya. Larutan nutrisi dari tempat
tandon nutrisi dipompakan menuju tempat menanam tanaman kemudian kembali lagi
menuju tandon.
Hanya
saja sirkulasi dilakukan secara berkala tidak berjalan terus menerus seperti
pada sistem NFT. Sirkulasi
dalam ebb flow terjadi selang-seling antara atas fase pasang dan fase surut.
2. Mekanisme Pasang dan Surut
Sistem ebb flow terdiri dua bagian utama. Bagian pertama adalah tandon tempat
larutan nutrisi. Bagian
yang kedua adalah tempat menanam yang berisi media tanam (grow bed).
Bagian
dasar tempat menanam ini dilubangi dan diberi pipa pengubung dengan pompa yang
berada di tandon. Pipa
penghubung ini berfungsi untuk saluran mengisi air menuju tempat menanam ketika
pompa menyala dan saluran kembali dari tempat menanam (grow bed) Kembali menuju tandon ketika
pompa mati.
Pompa
dalam sistem ini disinkronkan oleh timer untuk mengatur kapan hidup dan kapan
mati. Ketika timer
menyalakan pompa, air dipompakan dari tandon menuju tempat menanam tanaman. Selama pompa menyala, air
akan terus mengisi membanjiri media tanam dari dasar tempat menanam hingga 2-5
cm dari permukaan media tanam.
Bagian ini adalah fase pasang (flood phase). Fase pasang biasanya berlangsung 5-10
menit.
Supaya
air tidak tumpah karena pemompaan yang berlebihan, Anda perlu menambahkan pipa
overflow pada tempat menanam. Anda
atur tinggi pipa overflow setinggi melebihi 2-5 cm dari permukaan media tanam.
Jadi
walaupun air terus mengisi tempat menanam, tinggi air yang dipompakan hanya
akan mengisi sebatas ketinggian yang diatur dari overflow. Air yang berlebihan melewati batas
overflow akan disalurkan kembali menuju tandon
Timer
di set off saat air sudah mengisi hingga permukaan media selama 5-10 menit. Setelah media telah
dibanjiri sepenuhnya, timer akan mematikan pompa. Kemudian air akan kembali lagi masuk
menuju tandon melalui saluran yang sama yang berada di bawah tandon dengan
gravitasi. Media akan
menjadi lembab karena menyerap
air dari fase pasang. Fase
ini adalah fase surut (drain phase)
Siklus
ini berulang kembali ketika air yang ditahan media tanam mulai mengering
kembali. Pokoknya
apapun variasinya sistem ebb flow yang akan Anda buat atau gunakan, yang
penting mengikuti prinsip sirkulasi berkala antara pasang dan surut.
3. Mekanisme Aerasi
Dalam
sistem ebb flow tidak terlalu diperlukan aerasi tambahan pada tandon larutan
nutrisi. Karena akar
tanaman pada sistem ini sudah mendapat oksigen melalui rongga pada media tanam
dan oksigen terlarut pada air yang ditahan oleh media tanam ketika saat fase
surut (drain phase) yang didapat dari sirkulasi pasang surut.
Ketika
air mengisi media tanam, udara pengab dan hawa panas yang berada di rongga
media otomatis terdorong keluar oleh air.
Ketika saat air surut, udara segar terhisap ke dalam rongga media tanam seiring air menyusut. Sirkulasi udara dalam media tanam seperti ini membuat aerasi perakaran baik tanpa harus mengeluarkan beban listrik yang besar dibanding sistem yang lain.
![]() |
Udara segar terhisap dalam media seiring surutnya air |
Ketika saat air surut, udara segar terhisap ke dalam rongga media tanam seiring air menyusut. Sirkulasi udara dalam media tanam seperti ini membuat aerasi perakaran baik tanpa harus mengeluarkan beban listrik yang besar dibanding sistem yang lain.
Komponen yang Diperlukan
- Wadah Tanaman : sebagai wadah media tanam dapat menggunakan wadah apa saja seperti baki, ember, container yang penting kedap air dan memiliki kedalaman 20-30 cm agar dapat ditanam semua jenis tanaman
- Wadah Tandon/Reservoir : tempat tandon larutan nutrisi
- Pompa Submersible Aquarium : untuk sirkulasi
- Timer : untuk mengatur frekuensi irigasi kapan pompa nyala dan kapan pompa mati
- Media Tanam : penopang tanaman, tempat untuk menanam
- Pipa : untuk membuat siphon, overflow, dan jaringan irigasi
- Shock Drat Pipa Sepasang (Male Female) : untuk membuat penghubung pipa dari lubang, ukuran shockdrat mengikuti ukuran pipa
- Kerangka Meja / Dudukan : untuk dudukan wadah tanaman, bisa dibuat dari galvalum, galvanis, besi siku lubang, kayu kelapa, reng
Alat-alat yang Diperlukan
- Bor dan Mata Hole Saw Set : untuk melubangi
- Gergaji Besi : untuk memotong pipa dan bahan kerangka
- ph Meter : untuk mengecek pH
- EC/TDS meter : untuk mengecek konsentrasi nutrisi
Prinsip Aturan Pembuatan Sistem
1. Susunan Skema Sistem
Cukup
banyak variasi skema susunan komponen pada sistem ebb flow. Dari variasi-variasi tersebut intinya
grow bed terletak tepat di atas tandon / reservoir. Skema susunan sistem bisa dilihat pada
gambar di bawah ini.
2. Pembuatan Wadah Tempat Menanam (Grow Bed) dan Mekanisme Pasang Surut
Ada banyak pilihan wadah yang dapat dipilih. Mulai dari baki, container kotak,
ember, dan lainnya. Tinggal
sesuaikan Anda mau menanam apa dan Anda punya ruang kosong seberapa luas.
Usahakan
kedalaman wadah sedalam 20-30 cm, jangan terlalu dangkal dan jangan telalu
dalam. Dengan kedalaman
20-30 cm Anda bisa menanam berbagai macam tanaman mulai dari sayuran daun,
sayuran buah, hingga umbi-umbian.
Wadah yang digunakan harus kedap air dan usahakan tidak berwarna
transparan agar tidak memicu pertumbuhan alga.
Bagian
dasar wadah tempat menanam (grow bed) Anda lubangi dengan holesaw. Ukuran lubang sesuaikan
dengan ukuran pipa dan shock drat yang Anda gunakan. Biasanya bagian dasar wadah dibuat 2
lubang, lubang yang pertama yang menghubungkan wadah grow bed dengan pompa untuk
saluran air pasang dan surut pada grow bed dan lubang yang kedua untuk overflow
untuk mengatur water level pada grow bed dengan mengmbalikan air ke tandon yang
berlebihan saat fase pasang (flood phase).
Pipa
yang dapat digunakan untuk menghubungkan wadah grow bed dengan pompa biasanya
berukuran ½”. Jadi
shock drat yang digunakan harus berukuran ½” juga dan ukuran lubang yang dibuat disesuaikan untuk pipa ukuran
drat pada male shock drat ½”. Jika Anda
membeli hole saw yang satu set, gunakan ukuran holesaw yang terkecil pada set
tersebut yang berdiameter tidak lebih dari 2 cm.
Bagian
shock pada male shockdrat yang digunakan untuk lubang ini dipotong sehingga
menyisakan kupingan dan drat saja. Tujuannya supaya bagian dasar wadah tidak ada pentolan shock sehingga
membuat air dapat surut sempurna sampai dasar. Kemudian male shock drat ini dikunci dengan female shock drat
pada sisi luar bawah wadah.
Sedangkan
pipa yang digunakan untuk overflow harus berdiameter lebih besar dari pipa
penghubung grow bed dan pompa.
Tujuannya supaya daya sedot air pipa overflow melebihi daya pancar air
keluaran pompa. Sehingga water
level dapat terjaga dan air tidak tumpah karena pengisian yang berlebihan.
Jika
pipa penghubung grow bed dan pompa menggunakan pipa ½”, maka untuk overflow
Anda menggunakan pipa ¾”. Jadi
ukuran lubang dan shock drat yang digunakan disesuaikan dengan ukuran 3/4"
juga.
Kemudian
pasang male shock drat dan female shock drat melalui lubang kedua. Pipa overflow 3/4"
dipasang pada shock yang berada bagian dalam wadah grow bed. Ketinggian pipa overflow 3/4"
menyesuaikan kedalaman media tanam dan ditambah
2 hingga 5 cm dari permukaan.
Jadi misal kedalaman media tanam dari dasar hingga permukaan 15 cm, maka ketinggian pipa overflow 17-20 cm. Tujuannya untuk menjaga permukaan media tanam tidak kering, mencegah pertumbuhan alga pada permukaan.
![]() |
Pipa Overflow |
Jadi misal kedalaman media tanam dari dasar hingga permukaan 15 cm, maka ketinggian pipa overflow 17-20 cm. Tujuannya untuk menjaga permukaan media tanam tidak kering, mencegah pertumbuhan alga pada permukaan.
3. Pemilihan Media
Media
yang digunakan harus porus masih dapat menahan air tetapi berongga. Hydroton, kerikil, sirtu
(pasir batu), pecahan bata, campuran kerikil dan dadu rockwool, sekam bakar
dapat menjadi pilihan. Jangan
gunakan media yang halus seperti perlite, coco coir, serbuk gergaji karena
media tersebut menahan air terlalu banyak sehingga udara tidak punya tempat
untuk masuk ke dalam media. Akibatnya
aerasi buruk dan akar tanaman kekurangan oksigen
Media
hydroton, pecahan bata, kerikil, sirtu dapat digunakan berulang kali, sementara
media sekam bakar, rockwool hanya dapat digunakan sekali pakai.
Sekedar tips, jika Anda menggunakan media hydroton, kerikil, atau sirtu, lapisi bagian atas dengan dadu-dadu rockwool atau sekam bakar agar penguapan air pada media tidak tinggi.
Sekedar tips, jika Anda menggunakan media hydroton, kerikil, atau sirtu, lapisi bagian atas dengan dadu-dadu rockwool atau sekam bakar agar penguapan air pada media tidak tinggi.
4. Pemilihan Pompa
Sama
seperti sistem sirkulasi hidroponik pada umumnya, Anda perlu memperhatikan spec
pompa yang cocok digunakan untuk sistem. Aturan main syarat pompa dalam sistem ini harus dapat
membanjiri seluruh media tanam hingga overflow dalam waktu 5-10 menit.
Jadi
yang perlu Anda perhatikan untuk memilih pompa adalah Anda perlu mengetahui
volume ruang kosong pada media tanam. Yang kedua Anda perlu menghitung jarak ketinggian pompa hingga
permukaan media tanam. Dan
yang ketiga Anda perlu memperhatikan grafik spec H max dan Q max untuk
mengetahui pompa dengan spec apa untuk memenuhi syarat instalasi ebb flow Anda
berdasarkan data dari volume ruang kosong media dan jarak ketinggian sistem.
Langkah
pertama kali untuk mengetahui spec pompa, Anda perlu melakukan menghitung ruang
kosong pada media tanam. Tujuannya
untuk mengetahui berapa volume yang harus diisi dalam 10 menit oleh pompa. Ruang kosong pada media
tanam tergantung pada media apa yang Anda gunakan. Jika media tanamnya halus seperti
perlite, maka ruang kosong pada media sedikit. Jika media tanamnya berpartikel besar seperti hydroton, maka
ruang kosong pada media lebih besar.
Cara
untuk mengetahui ruang kosong pada media tanam adalah dengan mengalikan volume
media tanam dengan prosentase ruang kosong media. Kerikil-kerikil kecil biasanya
memiliki ruang kosong 38% dari volume totalnya. Hydroton memiliki ruang kosong 25% dari
volumenya. Contoh
kasusnya, misal Anda punya grow bed yang berisi 50 liter hydroton, maka ruang
kosongnya adalah 50 x 25% liter = 12,5 liter.
Untuk
mengetahui prosentase ruang kosong pada media yang lain, Anda dapat menggunakan
teknik beikut. Misal Anda
ingin mengetahui prosentase ruang kosong pada sekam bakar. Pertama kali tempatkan media hingga
penuh pada wadah tertentu yang sudah diketahui volumenya, misal ember 10 liter. Isikan air pada ember yang
penuh media sekam bakar hingga penuh. Kemudian air dari ember yang penuh media sekam bakar
dipindahkan ke wadah lain. Ukur
volume air tersebut, misal terdapat 1,2 liter. Perbandingan antara volume air dengan volume total media adalah
prosentase ruang kosong media tersebut. Dalam kasus ini didapatkan prosentase media adalah 1,2/10 atau
12%.
Setelah
itu Anda perlu mengukur jarak ketinggian antara pompa dengan permukaan media
tanam pada sistem Anda. Barulah
Anda dapat mengetahui spec pompa yang cocok untuk sistem Anda.
Contoh
kasus, misal Anda membuat sistem dengan grow bed yang berukuran 100 liter dengan
tinggi wadah 20 cm. Dan
jarak pompa dengan permukaan media 1,2 meter. Kemudian Anda isi dengan media hydroton, kita sudah tahu prosentase
ruang kosong hydroton itu 25%.
Hydroton mengisi grow bed hingga ketingian 16 cm atau 80% dari total
volume grow bed, berarti volume total media tanam itu 80 liter. Maka ruang kosong pada media itu
adalah 25% x 80 liter = 20 liter.
Jadi
kita memerlukan pompa yang mampu mengalirkan dengan debit 20 liter dalam 10
menit atau 120 liter dalam 1 jam pada ketinggian 1,2 meter. Pompa yang kita beli harus memenuhi Q
max di atas lebih dari 120 liter/jam dan H max di atas lebih dari 1,2 meter. Spec pompa lebih tinggi
lebih baik, tetapi sesuaikan dengan biaya listrik Anda.
5. Penempatan dan Ukuran Tandon / Reservoir
Aturan
penempatan tandon / reservoir sama seperti sistem hidroponik pada umumnya. Tandon reservoir larutan
jangan dijemur dan kontak langsung dengan sinar matahari. Tujuannya supaya suhu larutan tidak
panas dan tidak ditumbuhi alga
Tempatkan
tandon tepat di bawah grow bed, supaya jarak tempuh pompa menuju grow bed tidak
terlalu jauh. Sehingga
memaksimalkan daya keluaran pompa dan beban listrik tidak terlalu besar.
Sebenarnya
tidak ada ukuran baku untuk ukuran tandon. Walaupun begitu,
Anda jangan menggunakan tandon terlalu kecil supaya air tidak cepat
habis mengingat sistem ebb flow merupakan sistem sirkulasi. Aturan secara kasar, ukuran tandon /
reservoir menyesuaikan dari volume ruang kosong pada media tanam kemudian
dikalikan 2.
Misal
dari contoh kasus di atas yang menggunakan grow bed 100 liter dengan media
hydroton, kita sudah mengetahui volume ruang kosongnya adalah 20 liter. Maka ukuran volume minimal
tandon / reservoir adalah 2 x 20 liter = 40 liter. Semakin besar volume ukuran tandon
semakin baik agar suhu, pH, dan ppm nutrisi tidak labil berubah-ubah.
Petunjuk Perawatan
1. Menentukan Frekuensi Siklus Pasang Surut
Menentukan frekuensi kapan pasang (pompa nyala) dan kapan
surut (pompa mati) adalah hal yang tersulit dari sistem ini. Penentuan penjadwalan kapan waktu
pompa menyala (fase pasang - flood phase) dan kapan pompa mati (fase surut -
drain phase) pada sistem ini tidak ada frekuensi yang pasti.
Frekuensi
penyalaan pompa tergantung pada jenis media, kondisi cuaca, jumlah tanaman, dan
umur tanaman. Media yang menyerap air banyak seperti rockwool memerlukan
siklus penyiraman yang lebih sedikit dibanding hydroton. Saat musim hujan tidak memerlukan
frekuensi penyiraman yang banyak dibanding musim panas. Tanaman muda dan jumlah tanaman yang
sedikit memerlukan frekuensi penyiraman yang lebih sedikit dibanding tanaman
dewasa dan jumlah tanaman yang banyak.
Maka dari itu agak repot untuk mengetahui frekuensi
penyiraman dalam sistem ini karena harus memperhitungkan 4 hal tersebut. Masalahnya jika frekuensi
penyiraman Anda kurang, tanaman akan mudah layu karena media kekeringan. Dan jika frekuensi
penyiraman Anda berlebihan, tanaman juga mudah layu karena media terlalu basah
sehingga kekurangan udara (oksigen).
Untuk
itu, sebaiknya setiap seminggu sekali Anda perlu bereksperimen mengubah
setting-an timer Anda agar penyiraman sesuai dengan kebutuhan sistem. Tetapi ada aturan kasar
yang mungkin dapat Anda terapkan dengan berdasarkan media tanam yang digunakan. Kemudian Anda modifikasi
frekuensinya menyesuaikan hasil yang terjadi pada tanaman. Pada malam hari, penyiraman tidak
perlu dilakukan.
Jika
Anda menggunakan media hydroton, frekuensi penyiraman Anda adalah 10 kali
sehari dimulai dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore saat musim panas. Untuk musim hujan penyiraman
dilakukan 5 kali sehari dimulai jam 7 pagi hingga jam 5 sore.
Jika
Anda menggunakan media dadu rockwool 75% dicampur kerikil 25%, maka frekuensi
penyiraman Anda adalah 2 kali sehari pada jam 9 pagi dan jam 3 sore saat musim
panas. Untuk musim hujan
penyiraman dilakukan 1 kali sehari pada jam 9 / 10 pagi saat musim hujan.
Untuk
media yang lain, terapkan frekuensi penyiraman 4-6 kali sehari mulai jam 7 pagi hingga
jam 5 sore. Untuk musim hujan
penyiraman dilakukan 2-3 kali sehari mulai jam 7 pagi hingga jam 5 sore.
Jika
tanaman layu saat sebelum penyiraman dan segar kembali saat setelah disiram,
berarti frekuensi penyiraman Anda kurang. Jika tanaman layu saat setelah penyiraman, berarti frekuensi
penyiraman Anda berlebihan.
Timer
mengatur pompa menyala dalam waktu 5-10 menit menyesuaikan air hingga mengisi
penuh seluruh media. Dan
setelah itu timer mengatur pompa mati hingga frekuensi penyiraman berikutnya.
2. Sterilisasi Media dan Sistem
Setiap
selesai panen, media harus dibersihkan dari sisa-sisa akar dan bagian-bagian tanaman
yang tinggal pada media. Tujuannya
supaya sisa-sisa tersebut tidak membusuk dan menjadi bibit penyakit.
Media
tanam yang halus seperti rockwool dan sekam bakar hanya dapat digunakan sekali
pakai karena sterilisasinya merepotkan. Media tanam hydroton, sirtu, kerikil dapat digunakan
berulang-ulang, pembersihannya cukup disiram air yang dicampur bayclin, takaran sesuai petunjuk pada kemasan, dan memisahkan sisa-sisa akar
dan tumbuhan yang menempel pada media.
3. Jadwal Kuras Tandon dan Isi Ulang Nutrisi
Untuk
pengurasan tandon dan isi ulang larutan nutrisi sama seperti sistem hidroponik
sirkulasi pada umumnya. Air
nutrisi diganti ketika waktu volume penambahan air baku ke larutan nutrisi
telah mencapai 50% dari volume air awal dan ditambah waktu penyusutan air sisanya.
Jadi
misal volume awal tandon nutrisi 100 liter, tiap hari berkurang 25 liter. Otomatis Anda juga tiap
hari menambahkan 25 liter air baku ke larutan nutrisi. Dua hari kemudian otomatis Anda telah
menambahkan 50 liter air baku, artinya telah menambahkan 50% total volume awal,
ketika itu Anda tidak usah menambahkan air lagi ke larutan nutrisi. Biarkan hingga habis. Jika setiap hari hilang 25
liter, maka empat hari kemudian air sisanya habis.Jadi siklus waktunya kuras tandon dan
isi nutrisi baru Anda 2+4 = 6 hari sekali
4. Manajemen Nutrisi
Manajemen
nutrisi sama seperti sistem hidroponik sirkulasi pada umumnya. Jaga pH pada 5,5 - 6,8. TDS dijaga 600-1200 ppm atau
EC dijaga 1,5-2 untuk semua tanaman.
Variasi Modifikasi Sistem
1. Teknik Variasi Pasang Surut pada Grow Bed
Ini
adalah teknik ebb flow basic seperti yang dijelaskan di atas.
Ebb Flow dengan Auto Siphon
Teknik
ini memungkinkan pengisian air dapat dilakukan dari atas grow bed, tidak dari
bawah seperti teknik ebb flow sebelumnya. Teknik ini menggunakan Auto siphon yan berfungsi untuk
menyurutkan air pada grow bed sekaligus pengatur ketinggian luapan air (water
level).
Auto siphon terdiri dari pipa overflow dan tudung auto siphon. Ketika air telah mencapai tinggi pipa Auto Siphon, maka Auto siphon otomatis menyedot air pada grow bed hingga batas lubang masuk pada bagian bawah tudung auto siphon.
![]() |
Sirkulasi Ebb Flow dengan Autosiphon |
Auto siphon terdiri dari pipa overflow dan tudung auto siphon. Ketika air telah mencapai tinggi pipa Auto Siphon, maka Auto siphon otomatis menyedot air pada grow bed hingga batas lubang masuk pada bagian bawah tudung auto siphon.
Ebb Flow dengan Memanfaatkan Sifat Bejana Berhubungan
Teknik
ini memungkinkan Anda untuk membuat sistem ebb flow tanpa wadah tempat menanam
(grow bed). Dengan
teknik ini, Anda hanya perlu wadah pot yang dapat digunakan sebagai tempat
menanam seperti ember, botol 2 liter, ember bekas es krim dan menghubungkannya
seperti gambar di di bawah.
Dengan
memanfaatkan sifat fluida pada bejana yang berhubungan, kita dapat mengatur
semua ketinggian maksimal setiap pot oleh satu titik pipa overflow. Titik pipa overflow
tersebut berfungsi sebagai pengatur water level pada semua pot ketika air sudah
mencapai ketinggian yang dibutuhkan. Saat pompa mati, air akan surut kembali melalui saluran yang
sama untuk masuk ke sistem.
2. Variasi Model Grow Bed
Grow Tray dengan Sistem Pot
Anda tidak harus mengisi seluruh grow bed dengan media, Anda dapat membuat sistem ebb flow dengan tanaman pada pot-pot tersendiri
![]() |
Ebb Flow dengan Tanaman Pot |
Masalah dan Resiko
1. Pembersihan
Media yang Agak Repot dan
Penyakit yang Bersarang pada Media
Sistem
ebb flow rentan serangan busuk akar jika media tanam tidak steril atau tidak
rutin dibersihkan. Jika
Anda menggunakan hydroton, kerikil, pecahan bata, atau sirtu setiap selesai
panen sistem diistirahatkan dijemur
sehari. Semua
media tanam dikeluarkan dan dicuci untuk membersihkan media dari sisa-sisa akar
dan tanaman yang tinggal di media supaya tidak memicu pembusukan oleh penyakit.
Jika
menggunakan rockwool, sekam bakar, coco coir Anda hanya dapat menggunakannya
sekali setiap panen. Media
harus diganti dengan yang baru setiap memulai menanam.
2. Surut yang Tidak Sempurna dan Buntu
Biasanya
ini disebabkan adanya akar yang menyumbat saluran penghubung grow bed dan pompa
untuk pasang surut. Sebaiknya
Anda beri pelindung pada lubang saluran tersebut.
Filter pelindung juga berfungsi agar media dan akar tidak masuk ke saluran drainase di dasar grow bed
![]() |
Pelindung Filter pada Overflow dan Saluran Pasang Surut |
Filter pelindung juga berfungsi agar media dan akar tidak masuk ke saluran drainase di dasar grow bed
niceeee blog...tanya boss tanaman harus menggantung di guli atau taruh di dasar karena akar akan terganngu kalau didasar menurut saya. mohon penjelasannya trims
BalasHapuskalau menurut pengalaman temen temen yang sudah mencoba, lebih baik sih menggantung drpd yang ditaruh di dasar,, tetapi menggantungnya jgn terlalu tinggi juga,, mungkin bisa disisakan 1 cm an... alasannya sih mungkin supaya akar ada gap untuk bernafas
Hapusbisa recom link pembuatan auto siphon boss,masih gak mudeng soalnya..."-)
BalasHapusThanks
ada di youtube banyak gan,, coba search paka keyword "how to make auto siphon"
Hapus