Sistem drip atau biasa disebut sistem irigasi tetes adalah
salah satu sistem hidroponik yang menggunakan teknik yang menghemat air dan
pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman.
Sistem drip pada hidroponik dapat juga disebut Fertigasi karena pengairan dan
pemberian nutrisi dilakukan secara bersamaan
Sistem drip / fertigasi adalah sistem hidroponik yang paling sering
digunakan di dunia, mulai dari hobi hingga skala komersil. Karena biaya
pembuatannya murah dan teknik pembuatannya mudah dibanding sistem hidroponik
yang lain.
Seberapa luas dan ukuran tempat Anda, penempatan sistem ini sangat
fleksibel dapat menyesuaikan luas dan ukuran tempat Anda.
Biaya pengoperasiannya pun lebih murah, karena untuk
pengirigasian listrik tidak perlu dinyalakan terus menerus. Anda dapat
mengandalkan timer untuk mengatur frekuensi dan volume pemberian larutan
nutrisi pada tanaman. Jadi tanaman lebih toleran jika di daerah Anda terjadi
pemadaman listrik.
Sistem ini lebih populer untuk menanam tanaman sayuran buah
seperti tomat, cabai, melon, paprika, dan terong. Walaupun begitu sebenarnya
sistem ini juga cocok diterapkan untuk menanam sayuran daun dan herbs, tetapi
jarang ditemui kebun sayuran daun yang menggunakan sistem ini. Bahkan sayuran
akar memungkinkan dibudidayakan dengan sistem ini.
Kebun skala komersial yang membudidayakan sistem drip fertigasi untuk
sayuran buah cukup banyak ditemui, tetapi untuk sayuran daun setahu saya ada di Cibadak - Jawa Barat dan BPTP Jatim Karangploso - Malang.
Sistem drip ini berasal dari Israel yang diterapkan langsung
ke tanah berpasir. Saat ini hampir semua tanaman pangan dapat ditanam dengan
sukses dengan sistem drip, mulai dari sayuran daun hingga tanaman sebesar
pisang.
Hidroponik sistem drip fertigasi dapat dengan mudah dibuat dengan
banyak cara, mulai dari skala hobi rumahan hingga skala komersil. Selain itu
sistem dapat dengan mudah dibongkar pasang dan diekspansi tanpa banyak merubah
jaringan yang sudah ada
Sistem drip lebih cocok untuk orang yang sudah punya
pengalaman berkebun hidroponik karena manajemen sistem drip memerlukan skill
khusus dalam mengatur frekuensi dan volume irigasi pada tanaman
Sistem irigasi drip terbagi menjadi 2 versi, yaitu sistem
resirkulasi dan sistem non resirkulasi. Sistem resirkulasi biasanya digunakan
untuk pekebun skala hobi dan rumahan karena manajemen irigasinya mudah. Sedangkan
sistem non resirkulasi biasanya digunakan pekebun skala besar dan komersil
karena resiko gagalnya kecil
Ringkasan
- Biaya : Murah
- Tingkat Kesulitan Pembuatan : Mudah
- Tingkat Kesulitan Perawatan : Menengah
- Cocok untuk Tanaman : hampir semua tanaman dapat dibudidayakan dengan sistem ini
- Kelebihan : hemat listrik, pengairan tidak seboros NFT dan Ebb Flow
- Kekurangan : rawan buntu. Jika manajemen buruk, penggunaan pupuk boros pada sistem non resirkulasi
- Toleransi listrik : butuh listrik tapi sangat toleran jika mati listrik
Prinsip Cara Kerja
Sistem Drip Resirkulasi
Sistem resirkulasi biasanya sering diterapkan oleh penghobi
skala rumahan. Prinsip cara kerja dan perawatan hampir mirip dengan sistem NFT
dan Ebb Flow yaitu sirkulasi penggunaan larutan nutrisi yang berulang. Hanya
saja tiap selang fertigasi melayani 1-4 tanaman
Karena ini sistem resirkulasi, Anda perlu mengatur nilai pH
dan EC/TDS pada larutan nutrisi di tandon / reservoir karena pH dan EC/TDS pada sistem resirkulasi
tidak akan stabil. Selain itu larutan nutrisi dalam tandon perlu dikuras dan
diganti secara berkala seperti sistem NFT dan Ebb Flow.
Pekebun hobi rumahan senang memakai sistem drip resirkulasi
karena tidak terlalu memusingkan manajemen frekuensi irigasi karena larutan
hara yang kelebihan akan kembali ke tandon, yang penting media tidak kering dan
tidak banjir.
Pekebun komersil jarang menggunakan drip resirkulasi karena
biaya investasi yang berat dan ditambah resiko penularan penyakit karena
penggunaan larutan nutrisi berulang
Sistem Drip Non-Resirkulasi
Sistem non-resirkulasi akan lebih dibahas dalam artikel ini.
Sesuai namanya, larutan nutrisi yang dialirkan ke tanaman tidak digunakan kembali.
Walau tidak digunakan kembali, larutan nutrisi yang diberikan ke tanaman sangat sedikit yang terbuang
Pekebun harus mengatur frekuensi dan volume pemberian
larutan nutrisi ke tanaman secara pas sesuai kebutuhan tanaman. Manajemen
pengaturan frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan
menggunakan timer.
Prinsip dari sistem drip fertigasi adalah memberi air dan nutrisi
langsung media daerah lokal perakaran tanaman. Tujuannya supaya tanaman lebih
mudah langsung menyerap larutan nutrisi. Selain itu dengan sistem drip, volume
air yang dibutuhkan untuk penyiraman tidak harus banyak sehingga media menjadi
basah seperti Ebb Flow.
Penggunaan air pada sistem drip lebih efisien dibanding system
NFT atau Ebb Flow, karena luasan air tidak banyak terpapar ke udara luar.
Sehingga penguapan air tidak sebanyak NFT atau Ebb Flow. Penyiraman pada sistem
drip difokuskan untuk melembabkan media sekitar daerah perakaran saja
Pemberian irigasi diatur sedemikian rupa agar media tanam
memiliki kelembaban 70%. Tandanya adalah saat media dipegang terasa basah
tetapi air tidak menetes dan jika diremas gumpalan media akan retak merekah. Dengan
media yang lembab sekitar 70%, akar dapat dengan mudah menyerap air dan hara
dan aerasi tetep terjaga karena udara masih dapat bersirkulasi diantara ruang
kosong antar media
Komponen yang Diperlukan
- Pot Menanam : Untuk tempat tumbuh tanaman, bisa menggunakan polybag, pot, wadah, dll
- Tandon Reservoir : Wadah untuk larutan nutrisi
- Pompa : Untuk mengalirkan larutan nutrisi
- Timer : Mengatur frekuensi dan volume pemberian irigasi
- Selang Inlet 5-8 mm : saluran penghubung yang memberikan larutan nutrisi dari pipa langsung ke tanaman
- Nipple : sebagai penghubung selang inlet dan pipa jarinan irigasi
- Emitter Drip Stick : agar larutan nutrisi dari inlet dapat masuk menembus dengan mudah menuju akar tanaman tanpa harus merembes perlahan di media
- Pipa PVC atau Selang PE Fleksibel : untuk membuat jaringan irigasi
- Media Tanam : penopang tanaman, tempat untuk menanam
- Disc Filter atau Screen Filter : sebagai filter agar jaringan tidak tersumbat
Selang PE, selang inlet 8mm, filter, nipple, dan semua
perlengkapannya bisa didapatkan di toko penyedia kebutuhan fertigasi yang
biasanya dijual online. Anda bisa mencari informasi toko penjual melalui grup
Facebook, tokopedia, dan fjb kaskus.
Alat-alat yang diperlukan
- Solder / Bor : untuk melubangi pipa irigasi
- pH meter : untuk mengatur pH larutan nutrisi
- EC/TDS meter : untuk mengetahui konsentrasi larutan nutrisi
Aturan Pembuatan Sistem Instalasi
1. Skema Sistem
Berikut adalah pola skema pemasangan alat-alat pada sistem
drip yang umum digunakan
Sistem Non-resirkulasi
Sistem Resirkulasi
Perbedaan dari jaringan sistem non-resirkulasi dan
resirkulasi adalah adanya penampung balik yang menuju reservoir / tandon pada
sistem resirkulasi. Selebihnya tidak jauh berbeda
2. Pemilihan Pompa
Sebenarnya agak sulit memilih pompa yang pas sesuai untuk
sistem drip. Karena sistem drip lebih diprioritaskan tekanan pompa yang
tentunya penghitungannya agak memusingkan bagi pekebun biasa.
Walau begitu, Anda dapat mengikuti aturan kasar ini, meski
kadang tidak cocok saat diterapkan dalam skala yang lebih besar. Setiap meter
persegi membutuhkan spec pompa dengan debit keluaran maksimal (Q max) 800 Liter
/ jam asalkan maksimal air naik setinggi tidak lebih dari 50-100 cm.
Jadi misal Anda membuat sistem drip seukuran 5 m2 dengan
dudukan sekitar setinggi 50 cm, maka Anda memerlukan pompa dengan debit
keluaran maksimal (Q max) 5 x 800 liter/jam = 4000 liter/jam
3. Teknik Distribusi Irigasi
Pola Jaringan
Supaya tiap titik dari dekat hingga yang jauh mendapat debit
yang sama, Anda perlu membuat desain pola jaringan irigasi loop. Tujuannya agar
tekanan titik yang jauh dari pompa hingga yang jauh tidak jauh berbeda. Contoh
pola seperti gambar di bawah ini
Pemasangan Filter
Filter dipasang tepat setelah saluran output pompa. Filter
penting dipasang supaya larutan nutrisi yang dipompakan tidak membawa
partikel-partikel yang dapat membuat buntu emitter drip. Ukuran filter harus
disesuaikan dengan ukuran pipa distribusi.
Anda juga dapat menggunakan disc filter atau filter screen
dengan ukuran 200-300 mesh sudah dirasa cukup untuk mencegah kebuntuan.
Ukuran Pipa Jaringan
Untuk skala rumahan yang per pompa melayani tidak lebih dari
10 m2, jaringan distribusi dapat menggunakan pipa ½” atau ¾” .
Untuk sistem drip yang lebih besar, biasanya jaringan pipa
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu saluran primer dan saluran lateral (sekunder). Untuk
saluran primer, biasanya digunakan pipa ukuran 2" - 3”. Sedangkan saluran
lateral (sekunder) digunakan pipa ukuran ½” atau ¾”
Jarak Selang Inlet dan Pemasangan Emitter
Untuk jarak antar selang inlet biasanya menyesuaikan jarak tanam
dari tanaman yang ditanam. Pada tanaman sayuran daun, satu selang inlet melayani 4-5
tanaman. Sedangkan tanaman sayuran buah, satu selang inlet melayani 1-2 tanaman.
Untuk selang inlet, jangan gunakan selang bening waterpass.
Selang ini tidak bertahan lama jika sering terpapar sinar matahari. Selain itu
sifat transparannya dapat memicu pertumbuhan alga pada selang yang membuat
selang menjadi buntu.
Gunakan selang PE yang memang didesain untuk selang irigasi outdoor. Untuk selang inlet sistem drip fertigasi ini biasanya berukuran 5-8 mm.
Gunakan selang PE yang memang didesain untuk selang irigasi outdoor. Untuk selang inlet sistem drip fertigasi ini biasanya berukuran 5-8 mm.
Untuk jaga-jaga, sebaiknya Anda men-double selang inlet fertigasi
pada masing-masing titik. Tujuannya bila Anda selang yang buntu, masih ada
selang satunya yang dapat mengairi media.
Tancapkan emitter stick drip pada media pada dekat dengan batang tanaman. Supaya air dengan mudah menembus media langsung ke daerah perakaran tanaman tanpa harus merembes dari atas
![]() |
Penancapan Emitter Stick Drip |
Tancapkan emitter stick drip pada media pada dekat dengan batang tanaman. Supaya air dengan mudah menembus media langsung ke daerah perakaran tanaman tanpa harus merembes dari atas
4. Ukuran Tandon / Reservoir
Ukuran tandon yang digunakan setidaknya disesuaikan dengan
volume penyiraman selama seminggu. Misal dalam sehari menghabiskan air nutrisi
10 liter, setidaknya Anda perlu menggunakan tandon yang berukuran 70-100 liter.
Tujuan penerapan tandon mingguan ini untuk mempermudah
mengubah dosis dan rasio nutrisi yang juga biasanya diterapkan secara mingguan
Jangan lupa penempatan tendon harus diletakkan di tempat
yang teduh jangan dijemur
5. Pemilihan Media
Ada banyak media yang dapat dipilih mulai dari pasir, sekam
bakar, coco coir, perlite, hydroton.
Untuk sistem drip resirkulasi, sebaiknya pilih media yang
berukuran besar seperti hydroton supaya media tidak banjir karena irigasi yang
terus menerus dan partikel media tidak terbawa menuju tandon pada saluran balik
Untuk sistem drip non-resirkulasi, sebaiknya pilih media
yang berukuran halus agar mampu menahan kelembaban air lebih lama. Sekam bakar
dan coco coir maupun campurannya biasanya sering digunakan pekebun-pekebun drip
non-resirkulasi.
6. Ukuran Wadah Tiap Jenis Tanaman
Walaupun tidak ada ukuran yang pasti, Anda perlu
memperhatikan ukuran volume media tanam untuk tiap jenis tanaman. Jika Anda
menanam sayuran buah seperti tomat, cabai, dsb di polybag, maka sebaiknya Anda
menggunakan polybag yang berdiameter 30 cm dan volume media tanam 10 liter per
tanaman.
Sedangkan untuk sayuran daun, gunakan polybag yang
berdiameter 15 cm dan volume media tanam 2,5 liter per tanaman.
Tujuannya supaya akar memiliki ruang yang leluasa untuk
bergerak dan tumbuh
7. Pembuatan Drainase
Usahakan bagian samping bawah polybag dilubangi untuk
drainase. Jika Anda menggunakan slab grow bag, maka usahakan bagian kedua sisi
samping bawah grow bag dibuat lubang selebar 6-8 cm dengan jarak antar lubang
menyesuaikan letak emitter drip.
Perawatan
1. Penyiapan Media
Sebelum semaian tanaman dipindahkan pada sistem drip, media
tanam apapun yang Anda gunakan harus dilembabkan terlebih dahulu. Media disiram
dengan air nutrisi dengan EC 1 hingga air rembesan pada drainase mulai keluar.
Kemudian media ditiriskan selama 1 hari, baru semaian dapat
dipindah tanam ke media sistem drip
2. Pengukuran Debit Aliran pada Emitter Drip
Anda perlu mengukur debit aliran yang dipancarkan tiap emitter
selang drip dalam satu menit. Tujuannya supaya Anda tahu berapa lama pompa
harus menyala saat irigasi untuk mencapai volume yang diinginkan.
Caranya Anda perlu mempersiapkan gelas ukur dan stopwatch. Catat
air yang dikeluarkan dari emitter dalam satu menit. Misal dalam kasus ini Anda
mendapat debit 100 ml per menit, data ini akan digunakan dalam penentuan
frekuensi dan volume irigasi yang akan dijelaskan di bawah ini
3. Frekuensi dan Volume Irigasi
Untuk hal ini, agak susah memberikan aturan yang pasti,
karena ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Frekuensi dan volume
pemberian larutan nutrisi pada sistem drip harus disesuaikan dengan jenis
tanaman, umur tanaman, jenis dan volume media tanam, dan cuaca
Intinya yang penting Anda harus dapat menjaga kelembaban
media tanam stabil 70%.
Tetapi ada aturan kasar yang dapat Anda gunakan sebagai
acuan dan selanjutnya Anda modifikasi menyesuaikan respon dari tanaman.
Per 10 liter media, Anda sirami dengan larutan nutrisi 2
kali sehari pada jam 8-9 pagi dan 15-16 sore. Per siraman sebanyak 250 ml dengan
EC/TDS menyesuaikan jenis dan kebutuhan tanaman.
Jika debit aliran pada emitter drip Anda 100 ml / menit,
maka saat waktunya menyiram pompa dinyalakan hanya selama (250/100 menit) 2,5
menit oleh timer.
Dan selanjutnya Anda juga perlu mengukur tampungan volume
air rembesan yang keluar dari drainase polybag atau growbag (over drain). Usahakan
volume air rembesan yang keluar 10-20% dari volume air nutrisi yang Anda
berikan selama 24 jam. Tujuannya supaya memastikan apakah tanaman sudah
mendapat cukup larutan nutrisi atau belum dan tidak terlalu banyak nutrisi yang
terbuang
Misal tanaman disirami sebanyak 250 ml 2x sehari, maka dalam
sehari tanaman mendapat 500 ml. Jika dalam 24 jam, tampungan air rembesan (overdrain)
mendapat di bawah 50 ml (10% dari 500ml) maka volume larutan nutrisi yang
diberikan masih kurang. Dan jika tampungan overdrain mendapat di atas 100 ml
(20% dari 500 ml) maka volume larutan nutrisi yang diberikan terlalu boros
berlebihan.
Penampungan Overdrain |
Untuk frekuensi dan volume irigasi, selanjutnya Anda sesuaikan dengan respon pada tanaman. Jika media cepat kering, tambahkan frekuensi atau volume penyiraman. Jika media terlalu basah, kurangi frekuensi atau volume penyiraman atau bagi volume penyiraman dengan frekuensi yang lebih banyak.
Maksudnya misal, jika biasanya tanaman menyerap larutan
nutrisi 500 ml per hari dengan penyiraman @250 ml 2x sehari, tetapi media tanam
Anda terlalu porus sehingga 250 ml per siraman membuat media menjadi basah
sekali. Maka solusinya penyiraman tetap 500 ml per hari, hanya saja dibagi
menjadi 5x sehari sehingga per siraman menjadi 100 ml.
Berikut adalah contoh manajemen penyiraman tanaman cabai dengan penyiraman 6x sehari
Berikut adalah contoh manajemen penyiraman tanaman cabai dengan penyiraman 6x sehari
USIA MINGGU
|
Aplikasi Nutrisi
|
Dosis per Siraman
|
Total Volume Siraman
|
|
1
|
900 ppm
|
100 ml
|
600 ml
|
|
2
|
1000 ppm
|
100 ml
|
600 ml
|
|
3
|
1100 ppm
|
100 ml
|
600 ml
|
|
4
|
1200 ppm
|
130 ml
|
780 ml
|
|
5
|
1200 ppm
|
150 ml
|
900 ml
|
|
6
|
1300 ppm
|
150 ml
|
900 ml
|
|
7
|
1300 ppm
|
150 ml
|
900 ml
|
|
8
|
1300 ppm
|
200 ml
|
1200 ml
|
|
9
|
1300 ppm
|
230 ml
|
1380 ml
|
|
10
|
1400 ppm
|
300 ml
|
1800 ml
|
Intinya yang penting media jangan sampai kering atau terlalu
banjir. Hal di atas hanya sebagai acuan, tidak dapat menjadi patokan baku. Patokan
baku berbeda-beda setiap kondisi.
Setiap pekebun akan menemukan sendiri frekuensi penyiraman
terbaik untuk tanamannya seiring melihat respon dari tanamannya.
4. Manajemen TDS/EC
Untuk TDS/EC sama seperti sistem hidroponik pada umumnya,
yaitu sesuaikan dengan umur dan jenis tanaman yang ditanam. Untuk sayuran daun
EC 1,5-2 atau TDS 600-1200 ppm, untuk sayuran buah EC 2-3 atau TDS 1200-1800.
Dalam sistem drip non-resirkulasi, Anda perlu mengatur
EC/TDS di daerah perakaran. Karena dalam pemberian larutan nutrisi (fertigasi)
ke media, unsur hara tidak diserap seluruhnya oleh tanaman dan masih ada unsur
hara yang tersisa di dalam media.
Dan jika dibiarkan terus menerus, unsur hara yang tersisa
dalam media akan menumpuk dan mengacaukan rasio unsur hara pada larutan nutrisi
Aturan umum dalam pengelolaan tingkat garam terlarut
(EC/TDS) dalam daerah perakaran adalah EC yang keluar dari over drain tidak
boleh lebih dari 1 atau selisih lebih 500 ppm. Apabila perbedaan dari EC over
drain dan EC larutan nutrisi lebih dari 1, maka dilakukan pencucian (flushing)
dengan memberi penyiraman dengan larutan yang ber-EC rendah 1 atau dengan air
biasa. Berikut adalah contoh manajemen EC untuk tanaman cabai.
Umur
tanaman
|
EC
|
|
EC Inlet
|
EC Outlet
|
|
Fase Vegetatif 1 ( 1 – 6 MST)
|
1,6 – 1,7
|
1,3 – 1,8
|
Fase Vegetatif 2 (6 – 8 MST) fase mulai berbunga dan berbuah
|
1,8 – 1,9
|
2,0 – 2,1
|
Fase Generatif ( 8 < MST ) fase pematangan buah
|
2.0 – 2,1
|
2,1 – 2,2
|
Misal, Anda menerapkan EC pada tanaman 2,0 setelah 2 minggu sistem drip berjalan, nilai EC pada air rembesan (overdrain) 3,1. Maka besoknya Anda hanya menyiram tanaman dengan air biasa atau air dengan ber-EC 1 hinga EC pada air rembesan turun pada selisih yang jauh di bawah 1 dari EC seharusnya supaya tanaman dapat kembali disiram dengan larutan nutrisi dengan EC yang seharusnya
5. Filterisasi dan Pencegahan Buntu
Setiap seminggu sekali, filter disc atau filter screen yang
Anda gunakan harus dibersihkan dari kerak-kerak. Tiap-tiap emitter juga rutin
seminggu sekali dibersihkan agar tidak buntu
6. Sterilisasi Media dan Sistem
Media tanam seperti rockwool, coco coir, sekam bakar sebaiknya
digunakan sekali pakai. Usahakan setiap selesai masa tanam, sistem jaringan
drip dibersihkan dengan menggunakan bleach dengan takaran sesuai dengan kemasan
kemudian dialirkan ke jaringan pipa-pipa dan selang pada sistem drip.
Tujuannya untuk mensterilkan sistem dan melarutkan partikel-partikel
yang mengerak di dalam pipa atau selang.
Variasi Sistem
1. Teknik Irigasi
Ini adalah teknik irigasi yang umum digunakan yang dijelaskan di atas
Pompa hanya digunakan untuk mengisi tandon utama. Selanjutnya
dari tandon utama, larutan nutrisi di alirkan ke jaringan sistem drip dengan
memanfaatkan gravitasi. Pengaturan kapan larutan nutrisi mengalir diatur oleh
solenoid valve yang dihubungkan dengan timer
2. Tempat Menanam
Polybag
Grow bag
Vertikal Grow Sack
Vertikal Interlocking Pot
Dutch / Bato Bucket
Sisterm Drip Resirkulasi Dutch Bucket |
Sedia Pupuk Hidroponik dan Fertigasi
AB Mix Plus Silika
Tersedia kemasan Sayuran Daun, Bunga, dan Buah
![]() |
AB Mix + Silika untuk Sayuran Daun |
![]() |
AB Mix + Silika untuk Buah |
![]() |
AB Mix + Silika untuk Bunga |
kemasan 300 liter pekatan 1,5 liter Rp. 25.000
info pembelian
https://www.tokopedia.com/agropatas
https://www.facebook.com/almiansyah
Vidyagata go green
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusDear allyards garden.
BalasHapusSaya wahyudi.
Sekarang lagi mempraktekkan hidroponik sistem Drip sesuai dengan tulisan anda di blog ini. Saya sangat betrrimakasih atas info yang di dapat dari blog anda.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah volume siraman. Apabila 1 hari 1 tanaman cabe disiram sebanyak 1200ml / pokok tanaman.
Apakah tidak terlalu banyak.
Mengingat perhitungan saya:
Kalau tanaman saya berjumlah 125x1.2lt nutrisi. = 150 ltr nutrisi / hari.
150ltr nutrisi = +-50.000/ hari.
Jadi kalau 50.000 *30 hari = rp. 1.500.000.
Kalau sebesar itu dihabiskan untuk nutrisi saja. Saya pasti merugi.
Mohon info dan pencerahannya.
Trims
1000 liter nutrisi klo meracik ab mix snediri hanya menghabiskan biaya sktr 50.000
Hapusklo 150 liter ya seharusnya sekitar 7500 rupiah per hari bukan 50000
itu jamu racikannya dr apa aja , trus bagaimana cara membuatnya gan , saya bisa beli buku manual menanam cabe drip ini mohon info .. ini email saya jaka.andra@gmail.com
Hapuspak Yudi:
HapusSebulan Rp1500000 juta mah mahal pak.
AB mix kemasan serbuk 250gr = Rp20000(harga eceran)
1 bungkus bisa dijadiin pekatan A=500ml dan B=500ml, maka pekatan tsb bisa dilarutkan air menjadi 250 Liter nutrisi siap pakai(1000 ppm),
kalo sebulan 150L maka total cuma Rp12000,-
Note:
bukan sekedar hitung2an tapi saya pake juga kok.
salam GO GREEN :P
dear Allyards gardening,
Hapusterima kasih atas pencerahannya thd system drip.
untuk masa lanjutan (generatif) pada cabai, berapa ml jumlah siraman yg harus diberikan. sepengetahuan saya, cabai bisa berproduksi sampai 12 bulan. apakah besarannya harus menggunakan angka 1.8ltr/tanaman/hari? mohon masukkannya.
rencana saya ada planning menanam sekitar 500 pohon cabai dengan greenhouse untuk memastikan ke-ekonomian usaha ini.
terima kasih.
Coba bantu jawab: maaf klo salah.
BalasHapusHarga 5L pekatan 70rb.
Misal 1800ppm itu 9 ml pekatan per liter.
Maka dr 5L atau 5000ml dibagi 9ml didapat 555L larutan nutrisi 1800 ppm.
Jd harga 1L nutrisi 1800 ppm yaitu 70rb/555L= Rp126.
Nah kalo bapak 125 tanaman x 1,2 L larutan nutrisi perhari = 150 L nutrisi/hari. Harga nutrisi/hari Rp126 x 150L = Rp 18900. 1 bulan Rp 18900 x 30 hari = Rp 567000. 3 bulan = Rp 1.701.000
Kalo boleh tau 1 tanaman biasanya menghasilkan brapa kilo cabe ya Pak?
bisa 3 kg per tanaman per bulan
HapusCabe apa pak bisa 3kg /bulan/ tanaman.,??sya baru dengar ni..,mohon infonya..sya jga petani pak..4000 tanaman cabe
HapusTerima kasih banyak untuk sharingnya...
BalasHapustrimakasih banyak buat sharing nya
BalasHapusklo polybagnya gk dilubangi gmn mas,..?? biar lbh hemat nutrisi gtu..
BalasHapusSaya baru saja mengajukan Pinjaman Mobil dari Tn. Pedro dan perusahaan pendanaan investasinya serta Pinjaman Tanpa Subsidi. Setelah melakukan riset pada beberapa pemberi pinjaman, saya memilih Discover karena mereka tampaknya menawarkan beberapa manfaat terbaik di pasar (pada saat ini) dengan suku bunga 2%. Hubungi Tn. Pedro di pedroloanss@gmail.com melalui whatsapp: +393510140339. untuk mengajukan jenis pinjaman apa pun.
BalasHapus